Foto Puisi Untuk Ayah

Foto Puisi Untuk Ayah

memandang pusara tubuhmu terpaku terkenang akan jasa jasamu kepada ananda tak tahu diri inisemoga ayah selalu diberkati foto itu pertanyaannya "dibawah ini adalah bait yang sesuau untuk sambungan potongan puisi diatas ialah..." pilihannya difoto please jawapin...​

Daftar Isi

1. memandang pusara tubuhmu terpaku terkenang akan jasa jasamu kepada ananda tak tahu diri inisemoga ayah selalu diberkati foto itu pertanyaannya "dibawah ini adalah bait yang sesuau untuk sambungan potongan puisi diatas ialah..." pilihannya difoto please jawapin...​


Jawaban:

puisi tersebut tentang sosok ayah yang telah meninggalkan anaknya. maka bait yang sesuai adalah C


2. Pilihlah satu pilihan jawaban yang paling tepat!Cermatilah pantun berikut!Ayah, Setelah KepergianmuBerbicara, tapi salju telah berhentiDi antara dedaunan dan ranggas-ranggas pohonMatahari menawarkan panasLalu, pada lidah, semua tertunduk diamEngkau kembali, membawa cintaMembawa kekuatan, membisikkan takdirLantas, kesepian menusuk tiba-tibaSeketika, senyum di fotomu menorehkan pilu1. Puisi tersebut bercerita tentang....A. Seseorang yang merasakan kesedihan karenaditinggal mati oleh ayahnyaB. Seseorang yang membawa cinta untukayahanda tercintaC. Seorang ayah yang begitu mencintai danmenyayangi anaknyaD. Rasa pilu yang dirasakan oleh seorang ayahkarena sikap anaknya​


Jawaban:

A. Seseorang yang merasakan kesedihan karena ditinggal mati oleh ayahnya

maaf kalo salah:)


3. 1. Susunlah sebuah naskah drama berdasarkan cerpen dibawah ini dengan kaidah penulisan naskah drama!2. Beri judul yang sesuaiTak ada yang berbeda, beberapa minggu berjalan seperti biasanya, masih malas saja dengan pelajaran ini. Padahal sebentar lagi sudah akan ada mid semester, aku belum belajar sama sekali seperti mereka."Sin, bagaimana persiapan untuk mid semester ini, bagus?" tanya Hani kepada ku"Biasa saja, kamu kan tahu bagaimana aku" jawabku singkat"Iya aku tahu persis, meski terlihat tidak pernah belajar namun kamu selalu bisa mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Bahkan untuk pelajaran yang kamu benci sekalipun..." ucapnya"Eits....tidak ada satu pelajaran pun yang aku benci, enak saja!" ucap ku memprotes perkataannya."Bagaimana dengan geografi, suka?" Hani mulai menohok ke persoalan sebenarnya."Iyaa si....tapi itu bukan benci Han, tapi kurang mood aja" ucapku membela diri.Saat itu aku tahu persisi bahwa Hani sahabatku itu akan memberikan ceramah gratis kepadaku. Aku pun sudah siap-siap menebalkan daun telingaku untuk menerima dan mendengarkan berbagai nasehatnya. Aku juga terkadang heran, meski otaknya pas-pasan namun dalam hal wawasan Hani seperti orang dewasa, bahkan seperti ayahku. Ia benar-benar tahu mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan sering kali membuktikan bahwa ucapannya benar. Tapi kali ini ceramah Hani sudah terlalu panjang, sudah hampir 1 jam tapi belum ada tanda mau selesai, akhirnya aku pun punya ide.Dia tengah asyik menceramahi aku tentang bagaimana seharusnya aku menyiapkan diri untuk ulangan mid semester. Ia mengatakan bahwa meski aku selalu juara namun bukan mustahil aku bisa dikalahkan oleh dia yang rajin belajar. Aku tahu, aku paham tapi saat itu entah kenapa aku sedang tidak ingin dia mengomel terus sampai akhirnya terpaksa aku mengalihkan pembicaraan itu."Eh...ngomong-ngomong bagaimana dengan puisi yang kamu buat, sudah selesai, lihat dong?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Baca juga cerita legenda asal mula bukit catu"Emm....ya, sudah si tapi masih acak-acakan, belum di tulis ulang" jawabnya serius, "tapi buat apa kamu lihat, kan gak ada gunanya kalau dilihat tapi tak di baca" lanjutnya mengkritik bahasa yang aku gunakan."Ya...maksudku di baca kalee...." sahut ku sambil menjambak rambutnya, "aku punya satu puisi yang aku buat kemarin, di buat sekali jadi tapi bagus kok" lanjutku."Apa....kamu buat puisi, tidak salah, memang kamu bisa?" jawabnya meledekSedikit kesal aku di buatnya, ya memang sih untuk urusan karya sastra aku kurang begitu peka, kurang begitu peka tapi bukan bodoh lho... Wajar saja jika sahabatku yang satu ini langsung sewot ketika aku bilang bahwa aku membuat puisi. Tanpa bertanya lagi apa dia mau membaca atau tidak, aku langsung menyodorkan puisi pelajaran yang aku buat kemarin.Belajar Geografi sangat sulitMaterinya sesolid batuan bekuMembuat semua pusingSeperti otak terkena gempa tektonikPerasaan meluap seperti erupsi eksplosifMeletus-letus tak beraturanMenghasilkan seisme di otakBelajar Geografi sangat sulitSerasa seperti gunung api maarBahan ulangan sangat banyakPikiran menjadi sedalam horizon R30 halaman sangatlah banyakMembuat otak menjadi lempungGeografi seperti tanah pasir, sulit ditanamiAda satu permintaan sayaMohon bahan ulangan dikurangiDan puisi ini jangan dipajang"Haa.aaaa.aaa....." Ia berteriak begitu keras, ia benar-benar terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Tahu, apa yang ia katakan saat itu? Ia memuji ku, ini adalah kali pertama ia memuji diriku, benar-benar kali pertama selama ia menjadi sahabatku. Kadang aku juga heran kenapa ia sama sekali tak mau memujiku, padahal jelas sekali aku layak untuk itu."Puisi mu benar-benar bagus, bagus sekali" ucapnya sembari masih memegang perutnya. "Itu adalah untaian kata yang lumayan rumit, maaf jika aku harus tertawa, bukan karena puisi mu yang lucu namun aku benar-benar heran kamu bisa segitunya sama mata pelajaran yang satu ini, kenapa sih?"jawab secepatnya ya kalo bisa make foto aja jawabannya biar ga cape ketiknya makasih:)


Hani : "Sin, bagaimana persiapan untuk mid semester ini, bagus?"
Sinta : "Biasa saja, kamu kan tahu bagaimana aku"
Hani : "Iya aku tahu persis, meski terlihat tidak pernah belajar namun kamu selalu bisa mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Bahkan untuk pelajaran yang kamu benci sekalipun..."
Sinta : (sewot) "Eits....tidak ada satu pelajaran pun yang aku benci, enak saja!"
Hani : "Bagaimana dengan geografi, suka?"
Sinta : "Iyaa si....tapi itu bukan benci Han, tapi kurang mood aja".
(1 jam kemudian)
Sinta : "Eh...ngomong-ngomong bagaimana dengan puisi yang kamu buat, sudah selesai, lihat dong?"
Hani : (dengan wajah serius) "Emm....ya, sudah si tapi masih acak-acakan, belum di tulis ulang. Tapi buat apa kamu lihat, kan gak ada gunanya kalau dilihat tapi tak di baca".
Sinta : (menjambak rambutnya sendiri) "Ya...maksudku di baca kalee....aku punya satu puisi yang aku buat kemarin, di buat sekali jadi tapi bagus kok".
Hani : "Apa....kamu buat puisi, tidak salah, memang kamu bisa?"

judul yang paling cocok untuk drama di atas adalah DUA SAHABAT

4. ini sambungan cerpen penulis terkenal ”Ampuni Kanda, Adindaku tercinta.” ”Sudah, tak usah obral rayuan gombal. Gimana dengan nama penaku?” ”Bagaimana kalau nama belakang diikuti nama ayah, jadinya … Reka Sutardi!” ”Aku gak mau. Nama ayah gak keren!” Sore baru saja datang, ketika Reka yang membawa selembar kertas duduk di samping Reki yang sedang serius membaca majalah olahraga. ”Mas, ini nih, biodata yang baru saja kubuat. Dibaca ya, trus dikritisi.” ”Ini biodata untuk apa? Kok prestasi menang menggambar waktu TK juga kamu tulis?” “Ya biodata untuk bukuku, Mas. Gimana, sih.” Reki mengerutkan kening. “Bukannya prestasi yang berkaitan ama menulis saja yang perlu kamu cantumkan?” “Nggak apa-apa kan, malah lebih bagus, biar pembaca bisa merasa lebih dekat denganku.” “Oh, begitu, ya.” Reki pun memilih untuk mengalah kemudian meneruskan membaca biodata yang dibuat Reka. Baru beberapa kalimat, tiba-tiba Reki teringat sesuatu. “Eh, ngomong-omong, tulisantulisanmu sudah dimuat di berapa media sih, kok sudah mau dibukukan?” “Eng … belum satu pun.” Reki terkejut juga mendengar jawaban adiknya. Namun ada pemikiran lain muncul di otaknya. Mungkin Reka Cuma belum mujur. “Padahal kamu sudah nulis banyak, ya? Kamu sudah menulis berapa cerpen? Puisi? Atau novel? Mau gak kalau Mas bantuin cari penerbit? Bawa sini tulisan-tulisanmu biar Mas Reki lihat.” Reka menjawab lirih, terlihat malu-malu. ”Aku kan belum menulis satu pun.” “Haaa!!!” Kali ini keterkejutan itu memuncak. Reki melongo selebar-lebarnya. ”Jadi, kemarin-kemarin ribut-ribut bikin foto close up, terus bikin nama pena, membuat biodata … untuk apa?” Reka merengut. ”Untuk persiapan, dong. Kalau tiba-tiba Reka harus punya buku dan belum punya foto, nama pena ama biodata yang oke bisa-bisa para penggemar Reka kabur dan tidak tertarik lagi. Trus kalau sekali nulis langsung menang lomba trus diwawancarai ama banyak wartawan … gimana hayo?” Reki spontan menepuk keningnya sembari menggeleng-gelengkan kepala. Reki bingung sendiri. Proses untuk menjadi penulis, setahu Reki adalah dengan banyak membaca, menulis, lalu mengirim ke berbagai media, di samping terus mengikuti lomba-lomba penulisan. Sementara Reka? Memangnya selama ini Reka baca buku panduan menjadi penulis hebat yang mana, ya? Meski dengan lemas dan semangat mendukung, Reka yang sudah menguap habis, Reki masih sempat juga memberi nasihat. “Untuk jadi penulis, kamu harus menulis yang banyak dong, Reka.” “Beres, Mas. Itu sih wajib, ntar juga Reka kerjain.” Sumber: Nadia dkk. The Story of Jomblo. 2005 pertanyaan 1. siapa sajakah tokoh dalam cerpen tersebut? 2. jelaskan watak masing-masing tokoh! 3. apa amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca?


1 . reka dan reki
2. semangat , tidak putus asa kalau reki suka menasehati
3. jangan putus asa dalam apa yang sedang di hadapi . tetap konsisten dan berpendirian...

5. Bacalah pantun berikut! Pergi berlibur ke Kota Jakarta Tak lupa foto di Tugu Monas Lestarikan selalu budaya kita Agar budaya dikenal luas 9. Pesan dalam pantun tersebut adalah... * A. Menjelajahi Kota Jakarta agar mengetahui budayanya. B. Melestarikan budaya agar dikenal masyarakat luas. C. Mempelajari budaya Jakarta agar dapat diceritakan ke generasi selanjutnya. D. Mengunjungi Tugu Monas agar mengetahui sejarah Kota Jakarta Bacalah pantun rumpang berikut! Jalan-jalan ke Pasar Klewer Tidak lupa membeli kebaya ... ... 10. Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah .... * A. Jika besar masih dijewer / Berarti kamu memang salah B. Sudah dewasa banyak gaya / Hidup hanya untuk pamer C. Tak ada gunanya kita pamer / Sebab semua bukan kita yang punya D. Sungguh berkilau si lantai marmer / Pelan sungguh saat melewatinya Bacalah pantun berikut! Sungguh segar si buah ceri Menenangkan hati mencium aromanya Jika sudah berniat memberi Jangan mengharap timbal baliknya 11. Pesan yang sesuai dengan pantun tersebut adalah .... * A. jika sudah memberi jangan diminta kembali B. jika sudah memberi jangan mengharap balasan C. sesuatu yang sudah diberi tidak bisa diambil kembali D. jangan mengharapkan kembali sesuatu yang sudah diberikan Bacalah pantun rumpang berikut! Ke Solo memakai baju kotak-kotak Kancing baju berwarna merah bata ... ... 12. Larik yang tepat untuk mengisi bagian rumpang tersebut adalah . . . . * A. Ibu makan hampir tersedak / Ternyata aku lupa berdoa B. Semua tertawa terbahak-bahak / Melihat kucing memakai kacamata C. Hati geli menahan tawa / Melihat kuda duduk bersila D. Topi lucu aku yang punya / Dibelinya di pasar Klewer Bacalah pantun rumpang berikut untuk menjawab soal no. 13 dan 14. ... ... Paras cantik nan sempurna Percuma saja kalau tak beribadah 13. Larik yang tepat untuk mengisi bagian rumpang tersebut adalah . . . . * A. Anak itik pergi berkelana / Bersama teman seumuran B. Anak itik belajar berenang / Belajarnya di Sungai Raya C. Anak itik berputar-putar / Di tengah-tengah lembah D. Syair identik dengan makna / Makna kata dapat dibedah 14. Pesan dari pantun tersebut adalah .... * A. membaca syair harus mengerti maknanya terlebih dahulu B. anak itik senang berenang dan belajar C. syair termasuk salah satu syiar agama D. percuma memiliki paras yang sempurna jika tidak taat beribadah Bacalah puisi berikut untuk menjawab soal no. 15 sampai 18. Cinta Ibu dan Ayah Dalam dinginnya malam aku terbagun dan menjerit membayangkan ketakutan semua ketakutan itu sirna Saat ibu dan ayah datang mendekat pelukan hangat keluarga menjadi pahlawanku dengan penuh cinta dan kasih sayang 15. Kedua bait puisi tersebut termasuk jenis.... * A. Pantun B. Syair C. Karmina D. Puisi baru 16. Ciri dari puisi tersebut adalah.... * A. Bersajak a-b-a-b B. 1 baris terdiri dari 8--12 suku kata C. Bersajak a-a-a-a D. Tidak terikat aturan 17. Amanat dari puisi tersebut adalah .... * A. Peluklah orang tua dengan penih cinta dan kasih sayang B. Tidak perlu takut selama ada orang tua C. Cinta dan kasih sayang orang tua bisa membuat hati lebih tenang D. Orang tua merupakan pahlawan 18. Kata "hangat" dalam puisi tersebut bermakna * A. agak panas B. menyenangkan C. tegang D. masih baru


Jawaban:

9.b

10.c

11.d

12.b

13.d

14.c

15.d

16.d

17. c

18.a

9. B. Melestarikan budaya agar dikenal masyarakat luas.

10. C. Tak ada gunanya kita pamer / Sebab semua bukan kita yang punya

11. B. jika sudah memberi jangan mengharap balasan

12. B. Semua tertawa terbahak-bahak / Melihat kucing memakai kacamata

13. D. Syair identik dengan makna / Makna kata dapat dibedah

14. D. percuma memiliki paras yang sempurna jika tidak taat beribadah

15. D. Puisi baru

16. D. Tidak terikat aturan

17. C. Cinta dan kasih sayang orang tua bisa membuat hati lebih tenang

18. A. agak panas

————————————SEMOGA MEMBANTU ————————————

Video Terkait

Kategori b_indonesia